Info Kota Bandung official website | Members area : Register | Sign in

Museum Mandalawangsit

 
Pada tahun 1949-1950 museum ini berfungsi sebagai markas Divisi Siliwangi pertama di Bandung. Sebagai markas militer, gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada 23 Januari 1950 dibawah pimpinan Raymond Westerling.
Museum Mandalawangsit Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1910.

Untuk mengingat pentingnya pewarisan perjuangan ’45 kepada generasi muda, maka didirikanlah museum Mandala Wangsit Siliwangi ini. Museum ini berisi koleksi benda-benda bersejarah pada masa perjuangan kemerdekaan, masa peperangan dan masa perjuangan Rakyat Jawa Barat lainnya. Senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, tombak, pana, pedang bambu, samurai, dan senjata api dari berbagai jenis bisa kita temukan di museum ini. Selain koleksi alat – alat perang diatas, terdapat juga foto – foto perjuangan antara tahun 1945–1949, foto para pahlawan dan foto–foto bersejaran lainnya.

Museum bersejarah ini diresmikan oleh Pangdam III/Siiliwangi ke-8 pada tanggal 23 Mei 1966. kini museum ini juga difungsikan sebagai saran pendidikan. Oleh karena itu, untuk mendukung sebagai sarana pendidikan, Museum Mandala Wangsit Siliwangi dilengkapi lukisan diorama dan ruang audio visual untuk pemutaran film dokumenter. Tapi sayang, sejak 1990 ruang audio visual tidak bisa digunakan lagi karena rusak. Berbagai benda yang digunakan pada masa perjuangan dulu oleh pemuda di Jawa Barat dalam menentang berbagai bentuk penjajahan disimpan dalam Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Museum ini terletak di jalan Lembong No 38, Bandung. Pembangunan museum ini berlangsung selama 5 tahun (1910-1915). Dulu, museum ini dibangun sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini diambil alih oleh pasukan tentara Siliwangi (sekitar tahun 1949-1950) dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi.

Siliwangi sendiri merupakan nama seorang pendiri Kerajaan Pajajaran, raja yang terkenal sangat arif dan bijaksana serta berwibawa dalam menjalankan tugasnya di pemerintahan. Sedangkan Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, nasihat, ataupun petuah-petuah dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus dalam bentuk benda-benda peninggalannya.

Bangunan ini diresmikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada tangal 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi ke VIII Kolonel Ibrahim Adjie. Kemudian pada tahun 1979 dibangun lantai 2 yang lalu diresmikan pada tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya di tandatangani oleh mantan Presiden RI Soeharto.

Benda-benda yang bisa kita temukan di museum ini antara lain berupa senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, panah, tombak, Samurai, pedang bambu, senjata api berbagai jenis, bahkan kendaraan militer yang pernah digunakan. Ruang pamer yang tersedia terdiri dari :

• Ruangan pertama yang akan kita temukan ketika memasuki museum ini adalah ruang “zaman pergerakan nasional Indonesia”,. Kita akan langsung dipertemukan dengan sosok jubah milik Kyai Agung Caringin yang berasal dari Menes-Banten, dan Hj. Hasan Arif asal Cimareme.
• Ruangan selanjutnya adalah ruang “Detik-detik Proklamasi”. Disini terdapat koleksi-koleksi seperti naskah proklamasi kemerdekaan, dan bendera Merah-Putih yang pernah dikibarkan oleh D. Suprayogi saat 17 Agustus 1945. Ada pula meja dan kursi yang pernah dipakai untuk merencanakan perumusan naskah teks proklamasi saat Soekarno-Hatta sempat diasingkan ke Rengasdengklok.
• Ruangan yang ke-3 adalah “Palagan Bandung”, kejadian-kejadian yang pernah terjadi di kota Bandung, contohnya seperti “Bandung Lautan Api”. Selain lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa Bandung Lautan Api, juga ada lukisan-lukisan anggota TRIP (tentara pelajar) Batalyon II Resimen 8 Divisi IV Siliwangi tahun 1946 dan seragam anggota TRIP.
• Ruang terakhir di lantai 1 adalah ruang “Perang Kemerdekaan”. Namun kita masih dapat mengunjungi dan melihat-lihat koleksi yang ada di lantai 2 museum ini, seperti tunggul batalyon, foto kekejaman Westerling dan APRA, dan koleksi lain yang berhubungan dengan pemberontakan APRA-RMS.

Yang menjadi keunggulan museum ini adalah koleksi-koleksinya yang selalu terjaga keasliannya. Oleh karena itu, kunjungi Bandung dan kenali juga peninggalan sejarahnya.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi, dibuka untuk umum pada hari Senin-Kamis, Pukul 08.00 s.d. 13.00 WIB, Jum’at pukul 08.00 s.d. 10.00 Wib, dan Sabtu pukul 08.00 s.d. 12.00 WIB.

Fasilitas yang ada :
Tempat Parkir, ruang pamer, Toilet umum.

Aksesibiltas :
Terletak di pusat Kota Bandung, dan dapat dicapai dengan mempergunakan semua jenis kendaraan, baik kendaraan probadi maupun kendaraan umum.

sumber : disparbud.jabarprov

Museum Pos Indonesia

Tidak banyak yang tahu bahwa di gedung sayap timur dari Gedung Sate yang terkenal itu terdapat sebuah museum yang sudah ada sejak 1931. Inilah Museum Pos Indonesia, dimana kita bisa menikmati perjalanan sejarah layanan pos di Indonesia sejak jaman kolonial hingga Indonesia merdeka. Gedung yang digunakan sebagai museum tersebut dibangun sekitar tahun 1920 oleh arsitek J. Berger dan Leutdsgebouwdienst, dengan gaya arsitektur Italia masa Renaissans. Sejak 1933, gedung seluas 706 meter persegi ini kemudian difungsikan sebagai museum, dengan nama Museum Pos Telegrap dan Telepon (Museum PTT).

Meletusnya Perang Dunia II dan masa Pendudukan Jepang pada 1941 menyebabkan museum dengan koleksi berbagai benda-benda pos dari seluruh dunia ini tidak terurus. Bahkan sejak masa revolusi kemerdekaan hingga awal akhir 1979 Museum PTT makin tak terperhatikan. Baru pada awal 1980, Perum Pos dan Giro membentuk sebuah panitia untuk merevitalisasi museum agar berfungsi kembali sebagai sarana untuk memamerkan koleksi benda-benda pos dan telekomunikasi. Ikhtiar ini membuahkan hasil dengan diresmikannya museum tersebut pada Hari Bhakti Postel ke-38, yakni tanggal 27 September 1983 oleh Achmad Tahir, Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi saat itu. Museum ini diberi nama Museum Pos dan Giro, mengikuti nama perusahaan milik pemerintah yang membawahi museum tersebut.

Perubahan nama kembali terjadi di tahun 1995, ketika nama Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT Pos Indonesia (Persero). Nama Museum Pos dan Giro kemudian menyesuaikan diri dengan nama baru perusahaan, sehingga menjadi Museum Pos Indonesia. Peran dan fungsi museum ini juga makin berkembang. Tak hanya menjadi tempat memamerkan koleksi, museum ini juga menjadi sarana penelitian, pendidikan, dokumentasi, layanan informasi, serta sebagai obyek wisata khusus.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang makin memudahkan pengiriman pesan, baik melalui jaringan internet maupun telepon seluler, membuat layanan pos makin kurang diminati. Surat menyurat maupun pengiriman kartu pos kini seolah telah ketinggalan jaman. Oleh sebab itu, keberadaan Museum Pos Indonesia makin penting untuk memperlihatkan perkembangan teknologi pengiriman pesan dan barang dari jaman awal perusahaan pos pada tahun 1930-an hingga layanan terkini. Koleksi yang dipamerkan tak hanya sebatas perangko maupun kartu pos, melainkan juga diperluas dengan memamerkan berbagai peralatan pos, buku-buku, serta visualisasi dan diorama kegiatan pengeposan. Dengan perluasan benda dan koleksi museum, menjadikan museum ini sebagai museum pos yang cukup lengkap menceritakan sejarah perusahaan pos di Indonesia.


Museum Pos Indonesia sangat cocok bagi Anda para pegila filateli, sebab museum ini memiliki sekitar 50 ribu lembar perangko dari sekitar 178 negara di dunia. Selain dapat menikmati koleksi berbagai perangko, pengunjung juga dapat melihat benda-benda pos lainnya yang sarat akan nilai sejarah. Di lantai pertama misalnya, pengunjung akan langsung disambut oleh pameran berbagai perlengkapan karyawan sejak jaman kolonial hingga sekarang. Di ruang pameran ini Anda dapat membandingkan perkembangan pakaian dinas karyawan pos, juga peralatan-peralatan pos yang sudah terlihat sangat kuno. Salah satu yang menyolok mata adalah patung tokoh pos Indonesia, yaitu Mas Soeharto. Mas Soeharto merupakan tokoh pos yang hilang karena diculik oleh Belanda. Patung tersebut menjadi salah satu upaya menghargai tokoh pos yang banyak berjasa pada perkembangan layanan pos di Indonesia ini.

Pengunjung juga diperlihatkan berbagai alat seperti timbangan surat, timbangan paket, kantong pos, stempel pos, kendaraan pengantar surat, serta peralatan-perlatan pos tempo dulu lainnya. Ada juga semacam replika yang menggambarkan para pegawai pos yang sedang bekerja. Penggambaran melalui replika ini sangat membantu untuk mengetahui seperti apa proses layanan pos pada jaman dahulu hingga sekarang. Sementara di sudut-sudut ruangan ditampilkan pula gambar-gambar proses pembuatan perangko, pencetakannya, hingga siap digunakan oleh konsumen.

Selain lantai pertama, ruang pamer lainnya adalah di lantai bawah tanah (basement). Di tempat inilah para pengunjung dapat menyaksikan berbagai koleksi perangko dari berbagai negara. Perangko-perangko ini ditempatkan di dalam lemari-lemari dari kaca yang disebut vitrin berukuran 1,5 x 1 x 2,5 meter. Susunan lemari ini berderet dari koleksi terkuno hingga koleksi terkini, dengan kategori perangko yang mengacu pada negara asal perangko tersebut diproduksi. Dari sekitar 50 ribu koleksi perangko, beberapa kelompok koleksi sengaja diberi pengaman khusus, seperti palang besi dan dikunci. Hal ini mengingat koleksi-koleksi tersebut terbilang kuno dan langka, sehingga jika dinilai dengan nominal uang, nilainya akan sangat mencengangkan. Bisa mencapai miliaran rupiah! Oleh karena itulah pada bagian ini pengunjung secara khusus harus didampingi petugas.

Sebagian besar koleksi perangko istimewa di museum ini memang berasal dari Belanda. Hal ini tidak begitu mengherankan, sebab sedari awal museum ini memang didirikan oleh perusahaan pos milik Belanda. Meski demikian, tidak berarti Museum Pos Indonesia abai untuk memperlihatkan sejarah perangko dunia. Salah satu koleksinya yang paling berharga adalah lukisan perangko pertama di dunia yang disebut “The Penny Black”. Perangko ini bergambar kepala Ratu Victoria dan diterbitkan pertama kali tahun 1840. Di samping lukisan perangko pertama itu, dipajang pula gambar Sir Rowland, pencipta perangko pertama yang semula merupakan pekerja di Dinas Perpajakan Inggris. Dalam keterangan yang tertera di museum, kita bisa tahu ternyata pada awalnya biaya pengiriman surat ditanggung oleh si penerima. Namun, sistem ini akhirnya dihentikan dan diganti karena pernah terjadi kasus penerima surat yang menolak membayar biaya pengiriman surat. Selain sejarah perangko pertama di dunia, ada juga perangko pertama di Indonesia. Bentuknya bukan lukisan, melainkan perangko asli. Perangko yang terbit pada 1 April 1864 ini berwarna merah anggur dengan gambar Raja Willem III. Harganya ketika itu sekitar 10 sen.

Berbagai peralatan pos pada jaman dulu juga dipamerkan di lantai bawah tanah ini, misalnya berbagai macam bentuk bis surat yang dikumpulkan dari seluruh Nusantara. Kemudian ada juga gerobak besi kuno yang dahulu digunakan untuk mengangkut surat dari kantor pos ke stasiun kereta api. Sementara peralatan yang lebih modern adalah sebuah mesin penjual perangko otomatis. Namun sayang, mesin ini sudah rusak. Koleksi lainnya yang juga cukup bernilai adalah  poset-poster surat emas (golden letter). Poster-poster ini merupakan replika surat-surat kuno yang dibuat pada zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit. Meskipun disebut surat emas, namun pada kenyataannya gambar poster tersebut tidak lagi menunjukkan kilau emas pada goresan huruf-hurufnya. Hal ini karena usia surat tersebut telah berabad-abad, sehingga ketika dibuat replikanya tidak lagi menunjukkan warna kemilau emas.

Museum Pos Indonesia telah dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti ruang pameran tetap, ruang perpustakaan, ruang gudang koleksi, ruang bengkel atau reparasi benda-benda koleksi, serta ruang administrasi. Selain itu, pengunjung Museum Pos Indonesia juga dapat meminta para petugas untuk mendampingi kunjungan, sehingga kunjungan Anda dapat lebih maksimal. Jika pengunjung merupakan rombongan dalam jumlah besar, sebaiknya memberitahukan terlebih dahulu kepada pengelola museum.

Museum Pos Indonesia

Jl. Cilaki No. 73 Bandung, Indonesia
Telp. (022) 420195 pesawat 153

Waktu Buka: Setiap hari, Pukul 09.00 - 16.00 WIB

Libur Nasional TUTUP

Harga Tiket Masuk: Gratis
sumber : mahanagari

Museum Konferensi Asia Afrika



Alamat :

Jl. Asia Afrika No. 65,  Kelurahan Braga Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. Telp. (022) 4233564, 4238031    Faks. (022) 4238031   E-mail: Museum_kaa@Yahoo.com    Website:  www.asianafrican-museum.org.


Selintas Museum

Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang berlokasi di Gedung Merdeka Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata pameran museum  dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang  sekarang. Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.


Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau kerap bertatap muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka. Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai  tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia.  Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi tempat diselenggarakannya. Gagasan tersebut diaktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di Gedung Merdeka Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dilontarkanlah gagasan pendirian museum tersebut . Gagasan tersebut memperoleh sambutan  baik, terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan rencana tersebut.


Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda Provinsi  Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan  oleh Presiden Soehato pada tanggal  24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun KAA.


Tujuan pendirian Museum KAA, dirumuskan dalam poin-poin kalimat sebagai berikut:

  1. Menyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, sosial budaya, dan peran bangsa-bangsa Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia;
  2. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku-buku, majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang berisi uraian dan informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa-bangsa Asia Afrika dan Negara-negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan dunia serta social budaya negara-negara tersebut;
  3. Melakukan penelitian tentang masalah-masalah Asia Afrika dan Negara-negara berkembang guna menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta bangsa-bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan memberi masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri;
  4. Menunjang upaya-upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan;
  5. Menunjang upaya-upaya untuk menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika dan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
  6. Melalui koleksi serta sarana dan prasarana yang dimilikinya, seperti : R. Kepala Museum, R. Administrasi, R. Perpustakaan, Souvenir Shop, R. Pameran, R. Koleksi, Gudang Koleksi, R. Pamer Temporer, Lobby, R. Audiovisual,  Mushola, dan MCK, pengelola Museum KAA, berupaya mewujudkan tekadnya dalam melayani pengunjung sebaik mungkin sesuai dengan harapannya datang ke museum.
  7. Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika Tahun 2005 dan Peringatan 50 Tahun KAA tahun 1955 yang berlangsung pada tanggal 22-24 April 2005, tata pameran Museum KAA direnovasi atas prakarsa Menteri Luar Negeri RI Dr. N. Hasan Wirayuda. Penataan kembali museum tersebut dilaksanakan atas kerjasama  Departemen Luar negeri dengan Sekertariat Negara dan Pemerintah Provinsi jawa Barat. Sementara Perencanaan dan Pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika Realty.

Koleksi Museum

Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah  4.000 buah.

Penataannya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :


a.      Koleksi benda-benda tiga dimensi :

  • Suasana Sidang Pembukaan Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka 18 April 1955
  • Kursi rotan yang diduduki para delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan mempererat persahabatan
  • Kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai selama konferensi berlangsung
  • Terbitan prangko-prangko yang berhubungan dengan konferensi Asia Afrika

b.     Gallery foto mengenai : Gedung merdeka dari masa ke masa


Sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan suasana dunia internasional sebelum pelaksanaan konferensi, konferensi-konferensi pendahuluan, persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konferensi tersebut terhadap perkembangan dunia internasional.

sumber : alampriangan

Museum Sribaduga


 
Kenapa namanya Sri Baduga ? Ternyata Sri Baduga itu nama raja tepatnya nama lengkapnya adalah Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata), mengawali pemerintahan zaman Pajajaran, yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.


Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda-Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah “sepi” selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari Timur ke Barat.


Nah di Jawa Barat nama Sri Baduga lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi .

Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. DAUD JOESOEF didampingi oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama Sri Baduga Raja yang memerintah di Pajajaran. Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi Jawa  Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang.

Koleksi yang disajikan sebanyak 6600 dengan rincian sebagai berikut :

1.   Geologika / Geografika 79 buah dan 3 set;
2.   Biologika 180 buah dan 1 set;
3.   Etnografika 2420 buah, 179 set, 20 stel dan 9 pasang;
4.   Arkeologika 953 buah dan 3 set;
5.   Historika 16 buah, 6 set dan 3 stel;
6.   Numismatika/ Heraldika 1705 buah;
7.   Filologika 145 buah;
8.   Keramologika 599 buah dan 1 set;
9.   Senirupa 134 buah dan 2 pasang;
10. Teknologika 115 buah dan 27 set.

Pameran


Mengenai Pameran, di Sri Baduga terbagi dua yaitu pameran tetap dan pameran khusus/temporer.


Pameran tetap adalah merupakan bentuk tata pameran benda koleksi pada sebuah museum yang setiap hari terbuka untuk pengunjung. Penataan ulang hanya dilakukan dalam periode waktu paling cepat 4-5 tahun. Kegiatan tata ulang pameran ini disebut renovasi. Kegiatan renovasi ini dilakukan untuk merubah tata pameran serta merotasi koleksi yang dipamerkan dengan harapan dapat meningkatkan apresiasi terhadap tinggalan bukti material manusia dan lingkungannya, serta menghindarkan kebosanan bagi pengunjung.

Pameran tetap terdiri dari :

1. Lantai 1 mengenai sejarah alam dan religi.
2. Lantai 2 mengenai koleksi yang mengandung unsur dari 4(empat) kelompok kebudayaan.
3. Lantai 3 mengenai oleksi yang mengandung unsur Mata pencaharian, Teknologi, Kesenian, 

Pojok Sejarah Perjuangan Bangsa, Pojok Wawasan Nusantara dan Pojok Bandung Tempo Dulu.


Pameran khusus / temporer adalah pameran yang diselenggarakan oleh Museum Sri Baduga atau pameran bersama dengan museum lain dalam jangka waktu tertentu. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari.


Pameran khusus terdiri dari :


1. Pameran Lokal/keliling
adalah pameran yang diselenggarakan di luar lokasi museum. Tujuan dari kegiatan pameran ini untuk meningkatkan apresiasi dan pengetahuan masyarakat daerah setempat terhadap aspek-aspek budaya yang di pamerkan. Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal berlangsung selama antara 3 -10 hari.
2. Pameran Regional
adalah pameran yang diselenggarakan oleh beberapa museum di tingkat regional di seluruh Indonesia dengan mengetengahkan suatu thema yang bersifat nasional.
3. Pameran Nasional
adalah pameran yang diselenggarakan oleh beberapa museum di tingkat regional di seluruh Indonesia dengan mengetengahkan suatu thema yang bersifat nasional.

Selain semua yang disebutkan diatas, di museum ini juga sering diadakan seminar dan kegiatan yang mendukung lainnya seperti workshop anyaman, pameran kain nusantara  ngabuburit di museum bahkan menjadi lokasi untuk latihan tarian dan kesenian daerah.


Jam Kunjungan

Senin-Jum’at : 08.00-15.30 WIB
Sabtu-Minggu : 08.00-15.30 WIB
HARI RAYA/LIBUR NASIONAL TUTUP

sumber : sribadugamuseum

Museum Geologi

Museum Geologi Bandung 
Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli dari Eropa. Setelah di Eropa terjadi revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, mereka sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Dengan jalan itu diharapkan perkembangan industri di Belanda dapat ditunjang. Maka dibentuklah Dienst van het Mijnwezen pada 1850. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi dan sumberdaya mineral. Hasil penyelidikan berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan, dan peta pada akhirnya memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan, sehingga pada 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum. Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek  Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja dan menghabiskan dana 400 Gulden, mulai pertengahan tahun 1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.
Museum Geologi
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Dengan masuknya tentara Jepang  ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama Kogyo Zimusho dan setahun kemudian berganti nama lagi menjadi Chishitsu Chosacho. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan Museum Geologi berada di bawah  Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Museum Geologi Mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI pada 1960 saat Museum Geologi dikunjung oleh Presiden pertama RI , Ir. Soekarno. PDTG kemudian berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005), hingga akhirnya menjadi Pusat Survei Geologi sampai sekarang.
Seiring dengan perkembangan jaman, pada 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali dan pembukaannya diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri selaku wakil presiden RI yang didampingi oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono selaku Menteri Pertambangan dan Energi.

Dengan penataan yang baru ini, peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Selain itu, Museum Geologi juga memiliki fasilitas pendukung diantaranya adalah Ruang Edukasi dan Auditorium Sedangkan untuk dokumentasi koleksi tersedia sarana penyimpanan koleksi yang lebih memadai dan mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri. Saat ini, Museum Geologi merupakan bagian dari Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Ruang Sejarah Kehidupan berada pada gedung sayap timur di lantai 1. Di ruangan ini, pengunjung dapat menyaksikan perkembangan kehidupan dari waktu ke waktu yang didahului oleh awal terbentuknya bumi sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Jejak kehidupan paling primitif yang pernah ditemukan adalah Stromatolite. Selanjutnya kehidupan berkembang pada masa Paleozoikum ditandai dengan adanya fosil trilobit, krinoid, dan tumbuhan jenis paku-pakuan. Masa berikutnya, yaitu masa Mesozoikum, adalah masa keemasan hewan raksasa yang disebut Dinosaurus. Museum Geologi memiliki replika fosil dinosaurus Tyranosaurus rex. Pada masa ini Indonesia sebagian besar masih berada di bawah laut yang ditandai dengan banyaknya fosil amonit dan beberapa jenis fosil invertebrata lainnya. Kepulauan Indonesia baru berkembang pada masa Kenozoikum yang ditandai dengan berkembangnya hewan invertebrata seperti moluska, foraminifera, dan lain sebagainya. Pada akhir Kenozoikum barulah berkembang hewan vertebrata seperti Stegodon dan lain-lain yang diikuti kemunculan manusia purba (Homo erectus) pada zaman Kuarter.

Ruang Geologi Indonesia berada pada gedung sayap barat di lantai 1. Peragaan diawali dengan proses terjadinya bumi, dilanjutkan dengan perkembangan pembentukan kepulauan Indonesia yang terkait dengan teori tektonik lempeng, di mana Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Geologi Indonesia terbagi ke dalam 5 pulau besar dan kepulauan Maluku. Setiap bagian menggambarkan fenomena geologi dan tektonik yang spesifik, antara lain terdapatnya sabuk gunung api, sesar aktif, dan gempa bumi. Batuan tertua dijumpai di Irian Jaya (Papua) yang berumur Pra-Kambrium (604-790 juta tahun yang lalu). Tiga ruang lainnya memperagakan batuan dan mineral, gunung api, dan kegiatan penyelidikan geologi di Indonesia.

Ruang Geologi dan Kehidupan Manusia terletak pada gedung sayap timur di lantai 2. Ruangan ini menggambarkan cara penambangan dan pengolahan mineral serta minyak dan gas bumi yang telah menjadi sumber pendapatan dan devisa Negara, juga pendayagunaan sumber dan cadangan air bawah tanah yang amat besar manfaatnya bagi manusia. Selain mengandung manfaat, kondisi geologi suatu daerah dapat pula menjadi sumber bencana, misalnya letusan gunung api, gerakan tanah, dan gempa bumi. Dampak bencana alam dapat dikurangi dengan melakukan kegiatan mitigasi bencana alam geologi.

Museum Geologi mempunyai peran yang sangat penting untuk mendokumentasikan koleksi geologi yang terdiri dari batuan, mineral dan fosil, termasuk dokumen lainnya yang sangat berharga bagi sejarah dan perkembangan ilmu geologi di masa yang akan datang. Koleksi batuan, mineral dan fosil ini juga merupakan data yang sangat berharga dan sangat penting, bukan saja sebagai koleksi yang harus selalu dikonversikan sehingga menjadi koleksi yang “abadi” untuk generasi yang akan datang, tetapi juga dapat menunjang kegiatan eksplorasi, baik itu eksplorasi sumber daya mineral, maupun eksplorasi sumber daya energi di Indonesia karena koleksi tersebut merupakan data geologi dari seluruh wilayah Indonesia. Pendokumentasian koleksi batuan, mineral dan fosil tersebut menjadi tugas seksi dokumentasi. Sebelum koleksi tersebut disimpan di ruang dokumentasi koleksi, diperlukan pembersihan secara khusus disamping pembuatan preparat untuk penelitian koleksi tersebut. Setelah informasi tentang koleksi tersebut diperoleh dari hasil penelitian maka informasi tersebut disimpan di ruang dokumentasi di mana segala informasi mengenai koleksi tersebut disimpan sebagai “database”. Saat ini koleksi Museum Geologi sekitar 250.000 batuan/mineral dan 60.000 fosil (beberapa merupakan fosil holotype yang dipakai sebagai acuan Internasional) yang tersimpan di Ruang Dokumentasi.

Museum Geologi

Jl. Diponegoro No.57 Bandung 40122
Telp. (022) 721 3822, Faks. (022) 721 3934
Waktu Buka:
  • Senin – Kamis, Pukul 09.00 – 15.00 WIB
  • Sabtu – Minggu, Pukul 09.00 – 13.00 WIB
  • Jum’at dan Libur Nasional TUTUP
sumber : manahagari

Kawasan Wisata Bunga Cihideung

 
Cihideung, desa yang terletak di kecamatan Parongpong ini, yang dulunya hanya merupakan tempat bercocok tanam ala kadarnya saja, kini telah berkembang menjadi “Kawasan Wisata Bunga”. 

Kawasan Wisata Bunga Cihideng terletak di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong (kawasan Lembang).Tempat ini menyediakan aneka jenis bunga tanaman hias, bibit buah buahan dan agrowisata di lengkapi lapangan parkir dan TK. Arena taman bunga Cihideung, diresmikan oleh Menteri Penerangan Harmoko tahun 1997 dengan luas areal 50 Ha kawasan bunga Cihideng melayani penjualan bunga partai besar bagi para pencinta holtikultura, yang promosinya dilakukan oleh Balai Informasi Masyarakat (BIM) Cihideng kampung pangairan Cihideng Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung.

Kawasan ini memang tepat disebut sebagai kawasan wisata bunga, karena di sepanjang desa ini terlihat berbagai tanaman bunga yang dikembangbiakkan. Berbagai jenis tanaman bunga bisa kita temui di desa Cihideung ini, dari tanaman hias hingga tanaman potong. Tanaman (bunga) hias biasanya adalah tanaman yang digunakan untuk memperindah taman, dan tanaman (bunga) potong biasanya adalah tanaman/ bunga yang diperlukan untuk keperluan dekorasi. Di desa Cihideung ini lebih dari 80% warga desa Cihideung menjadi petani bunga, dimana terdiri dari 30% petani bunga potong, dan 50% petani bunga hias. 

Yang menjadi kekurangan daerah ini adalah tidak adanya fasilitas wisata yang disediakan, semisal tempat parkir yang luas. Untuk bisa berkeliling di area kebun bunga ini kita hanya bisa memarkirkan kendaraan kita di pinggir–pinggir jalan di sepanjang desa Cihideung. Tapi hal itu tidak menjadi hambatan bagi setiap pengunjung untuk datang untuk sekedar melihat–lihat ataupun membeli bunga untuk memperindah taman di rumah mereka. 

Selain tanaman bunga, terdapat juga berbagai jenis bibit buah–buahan. Terdapat begitu banyak bibit buah-buahan yang ada, diantaranya mangga, jeruk, pepaya, sawo, dan berbagai jenis bibit buah–buahan lainnya. Bibit buah–buahan yang ada banyak dibeli oleh orang–orang yang hobi berkebun, atau orang–orang yang hanya ingin menambah koleksi tanaman buah–buahannya di tamannya. 

Desa wisata bunga Cihideung yang merupakan tempat wisata persinggahan ini terletak sekitar 20 km dari kota Bandung, bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum ataupun dengan kendaraan pribadi. Bila kita menempuh jalan melalui jalan Cihanjuang, kita juga bisa menikmati indahnya perkebunan disepanjang jalan menuju desa Cihideung. Kesegaran dan kesejukan tersaji di sepanjang perjalanan menuju lokasi




sumber : bandungbaratkab

Taman Kupu - Kupu (Cihanjuang)

Bosan dengan tempat wisata yang terkesan sama saja? Bagaimana kalau mencoba wisata edukasi di Taman Kupu-kupu. Karena selain sebagai tempat wisata, di taman tersebut banyak pengetahuan seputar makhluk cantik ini.

Taman Kupu-kupu terletak di Jalan Raya Cihanjuang Km 3,3 No 58, Desa Cibaligo, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini baru dibuka pada 29 Januari lalu. Meski terbilang baru, namun taman ini cukup menarik perhatian masyarakat. Tempatnya masih asri dan hijau, ditambah penataan tempat yang begitu apik.

Selain menikmati pemandangan yang menarik, Anda juga akan mendapatkan pengetahuan seputar kupu-kupu.

“Bisa dibilang ini adalah wisata pendidikan. Karena anak-anak bisa tahu proses perkembangan kupu-kupu,” ujar Peneliti Kupu-kupu Indonesia Ayam Hugeng yang menjadi konsultan Taman Kupu-kupu.
Luas keseluruhan area Taman Kupu-kupu ini mencapai 1,7 hektar. Ada sekitar 300 kupu-kupu dari 35 jenis yang ditangkarkan setiap harinya di tempat ini. Mereka terbang dalam sebuah di taman terbuka seluas 1.800 meter persegi yang dilapisi pagar dan jaring.

Pengunjung yang masuk ke taman kupu-kupu akan ditemani oleh pemandu yang akan menjelaskan apa saja yang ingin diketahui seputar Taman Kupu-kupu dan kupu-kupu itu sendiri.

Taman Kupu-kupu dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB. Namun biasanya pada hari Senin hingga Jumat, taman ini digunakan untuk waktu kunjungan sekolah meski tetap membuka untuk umum.
Jika ingin mencari souvenir, ada toko aksesoris yang menjual berbagai pernak-pernik serba kupu-kupu. Atau bila merasa lapar, ada tempat makan di seberang taman yang bisa dikunjungi. Ada sekitar 16 meja bertenda yang bisa digunakan untuk duduk-duduk atau makan.









sumber : bandung.detik

Kebun Binatang


 
Dilihat dari segi lokasi, kebun binatang Bandung ini terletak di tempat yang cukup strategis yaitu di tengah kota Bandung yang berdampingan dengan kampus ITB dan sungai Cikapundung. Menempati luas lahan 13,5 ha yang topografisnya bergelombang dengan 18,25% untuk areal perkandangan, 55,20% untuk pertamanan dan lesehan, 4,7% untuk taman ria dan kolam perahu dan 2,4% untuk pengolahan sampah. Sisanya berbentuk bangunan kantor, museum aquarium dan jalan.


Jumlah jenis satwa yang menjadi koleksi kebun binatang Bandung mencapai sekitar 213 jenis yang terdiri dari 79 jenis satwa yang dilindungi dan 134 jenis satwa yang tidak dilindungi berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan koleksi satwa ini terus diupayakan baik yang memiliki nilai konservasi maupun memiliki nilai estetis yang menarik bagi pengunjung khususnya satwa yang berasal dari Indonesia.


Jenis tanaman yang ada berjumlah sekitar 95 jenis, yang terdiri dari 986 tegakan meliputi 226 batang berupa tanaman hias dan 760 batang berupa pohon pelindung. Tanaman yang tumbuh di area kebun selain berfungsi sebagai pelindung bagi satwa dari sengatan sinar matahari dan angin, juga melindungi tanah dari air hujan serta menjadi daerah yang berfungsi sebagai paru-paru kota Bandung.


Kebun Binatang Bandung terletak di kawasan Taman Sari tepatnya di Jl. Kebun Binatang No. 6 

Jalur Transportasi ke Objek Wisata Ini:


Dapat di capai dengan angkutan umum jurusan Kebon kalapa-dago, cicaheum-dago, cicaheum-ciroyom, panghegar-dipatiukur, cisitu-tegalega, caringin-sadangserang, dago-caringin.





sumber : disparbud.jabarprov

Taman Lalu Lintas


 
 Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution adalah tempat belajar kelalulintasan bagi anak-anak agar mereka dapat berlatih sopan santun berlalu lintas dan bersikap sebagai seorang pengguna jalan yang taat akan peraturan lalu lintas.

Anak-anak akan senang belajar kelalulintasan di taman ini karena metode yang digunakan adalah ‘bermain sambil belajar’. Di taman ini tersedia permainan yang dapat membantu anak mempelajari etika dan peraturan lalu lintas. Selain itu, terdapat pula berbagai wahana permainan dan rekreasi yang menyatu dengan alam.

Taman ini awalnya bernama Taman Lalu Lintas Bandung dan pertama kali dibuka untuk umum pada tanggal 1 Maret 1958. Pada tahun 1965, nama taman ini ditambah menjadi Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution.

Luas taman ini mencapai 3,5 hektar dan dilengkapi dengan berbagai jenis pohon dan taman-taman bunga.



Temukan berbagai pohon langka di Taman Lalu Lintas Bandung yang menyimpan keindahan ribuan pepohonan dan taman-taman bunga


Sebagai TAMAN KOTA, Taman Lalu Lintas selalu merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Setiap orang akan menikmati bersantai bersama di bawah rindangnya pepohonan di area taman yang terpelihara dengan baik dan berperan sebagai paru-paru kota Bandung.





Bersantai bersama di Taman Lalu Lintas Bandung akan jadi pengalaman tak terlupakan bagi keluarga


Berekreasi bersama di Taman Lalu Lintas Bandung akan membuat hari-hari Anda sekeluarga semakin seru. Anak-anak akan mendapatkan pengalaman yang tak ada duanya saat bermain mengendarai sepeda dan kendaraan mini di jalur buatan yang dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas. Orang tua juga dapat melepaskan kepenatan di lingkungan taman yang asri dan tenang.


Taman Lalu Lintas Bandung juga menyediakan berbagai sarana rekreasi yang dapat dinikmati oleh anak-anak yang berkunjung, diantaranya adalah Kereta Api Mini, Kolam Renang, Mandi Bola dan Playground.


Bagi pengunjung yang datang dalam rombongan, Taman Lalu Lintas Bandung memberikan potongan harga tiket masuk dan untuk beberapa alat mainan yang tersedia.

Panti – panti asuhan yang berkunjung ke Taman lalu Lintas akan mendapatkan penawaran spesial, yaitu tidak dikenakan bayaran!

Silahkan hubungi kami melalui nomer telepon yang tersedia untuk keterangan lebih lanjut.





Kontak

Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution
Jl. Belitung No. 1 Bandung, Telp : 022 – 4201667

sumber : tamanlalulintas-bandung

Kampung Gajah

 
Kampung Gajah adalah sebuah tempat wisata kuliner, terletak di Jalan Sersan Bajuri km 3,8 Lembang, Bandung, Jawa Barat, Pulau Jawa, Indonesia.

Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mempunyai izin pengembangan sampai 200 ha, berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut, mempunyai pemandangan alam yang cukup indah serta berhawa sejuk dan segar, tempat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata bersama keluarga. Dari Kampung Gajah, pengunjung dapat melihat keindahan Kota Bandung dari ketinggian.

Kampung Gajah adalah sebuah resto yang di konsepkan seperti sebuah taman bermain.
Untuk menambah daya tarik tempat ini, maka disediakanlah berbagai macam fasilitas permainan yang dapat digunakan oleh orang dewasa maupun anak-anak, seperti children play, segway eco ride, body cycle, buggy, kuda dan delman, ATV.

Terdapat juga permainan yang khusus untuk anak-anak, seperti teletubbies, mini Atv, big children playstructures, swing & swing, mini flying fox, monkey bar, bicyle track, garden shelter, mini beca dan trampoline.

Tersedia juga mobil Smart yang ramah lingkungan dan bisa disewa, SkyRider dengan 439 Meter Paralel Adventure The flying SkyRider yang dapat diterbangkan secara berdampingan maupun sendiri untuk menikmati pemandangan kota Bandung dan pegunungannya.
 
Berbagai macam makanan dari Indonesia tersedia di sini, seperti batagor, siomay, sosis bakar, sosis goreng, sop buntut, steak, iga bakar rica, iga bakar soya dan lain-lainnya.

Makanan dari Asia, seperti Dori Fish Thai Mango, Singapore Fried Rice, Malaysian Beef Curry.
Terdapat juga makanan Eropa, seperti shrimp calypso salad, salad nicoise, hungarian beef goulash soup, baked macaroni, fried skin potato, zuppa zuppa, poached salmon in white wine soup, steak, pasta dan sebagainya.